Buku puisi Pertanyaan-Pertanyaan tentang Dunia mengisahkan perspektif seorang remaja memandang dunia, seorang perempuan dewasa memandang dunia, dan seorang ibu yang memandang dunia. Bisa jadi, puisi-puisi ini merupakan suara pribadi Sukma atau mewakili suara sebagian orang. Selain itu, puisi-puisinya merupakan sejarah di zaman sekarang sebagaimana puisi-puisi penyair lainnya.
Saat puan.co menanyakan seberapa penting keberadaan perempuan di Sastra Indonesia? Sukma menjawab, “Karena saya bukan aktivis gender, tentu posisi perempuan menjadi penting sebagaimana posisi laki-laki. Setiap individu memberikan keunikan tersendiri dengan corak karyanya masing-masing untuk sastra Indonesia tanpa membeda-bedakan apa jenis kelaminnya.”
Banyak penulis perempuan yang berhenti menulis karena terjebak rutinitas. Tentu itu berlaku untuk siapa saja. Namun, Sukma mencoba menjaga ritme dengan rutin membaca dan menciptakan iklim produktif. Meski tidak setiap waktu ia bisa berada di depan laptop, tetapi ia selalu menstok bahan bacaan di tempat-tempat yang terlihat dari pandangannya.
Kisah Cinta dan Romantika Masa Lalu yang Berkelindan
Ketika duduk di bangku SMA, Sukma pernah membacakan puisi di mimbar penyair muda di Taman Budaya Yogyakarta. Kebetulan, Koto menjadi panitia acara tersebut. Namun, saat itu mereka belum saling memperhatikan. Ketika itu pula, Sukma remaja pernah menjadi fasilitator di program penulisan sebuah penerbit, yang ternyata Indrian Koto juga ada di acara tersebut. Namun, mereka belum saling bertemu dan berikrar janji.
Hingga saat masuk kuliah, Sukma dan Koto mulai memasuki lingkungan yang sama meskipun mereka tidak kuliah di kampus yang sama. Sukma sangat senang memiliki teman berbagi, ia juga bisa mendapatkan buku-buku bagus koleksi Koto. Dari situlah mereka menjalin cinta selama delapan tahun hingga memutuskan menikah.
Di rumah, tentu Koto bukan hanya seorang suami, melainkan juga teman diskusi yang baik. Koto sangat tekun membaca dan update buku-buku bagus. Sukma yang mulai sibuk dengan urusan rumah tangga, tak lekas pula melupakan aktivitas membaca dan menulisnya sebab mengimbangi aktivitas suaminya. Seandainya saja Sukma menikah dengan orang lain, barangkali Sukma akan tenggelam dalam urusan rumah tangga saja.
Hingga saat ini Sukma sedang mengandung anak keduanya. Anak pertamanya – Rinai Yasmin – tidak pernah diarahkan oleh mereka untuk menjadi penyair. Memang Rinai sangat menyukai buku, di usianya yang belum 2,5 tahun, Rinai adalah pembaca yang serius. Rinai menghapal semua cerita di buku yang ia baca. Rinai sudah mengetahui huruf A – Z karena membaca buku bergambar yang disertai dengan huruf.