Wednesday, April 30, 2025
Home > Gaya Hidup > Jalan-jalan > Berkunjung ke Permukiman Orang Rimba Pulau Lintang

Berkunjung ke Permukiman Orang Rimba Pulau Lintang

gapura permukiman orang rimba

Bila mendengar kata “Orang Rimba” apa yang terlintas di benak Sahabat Puan? Ternyata tidak semua Orang Rimba atau SAD (Suku Anak Dalam) tinggal di hutan loh. Sebagiannya sudah menetap di permukiman bantuan pemerintah sebagaimana Orang Rimba di Pulau Lintang. Mereka yang tinggal di permukiman adalah yang telah kehilangan hutan. Hidup berumah dan menetap laiknya orang modern, ternyata bukanlah mimpi buruk bagi mereka. Nah, masih penasaran dengan kisahnya? Kali ini saya akan menceritakan kisah perjalanan saya ke Pulau Lintang.

Suatu ketika, saya dan dua teman perempuan berkunjung ke Pulau Lintang untuk keperluan riset. Pulau Lintang bukanlah sebuah pulau yang berada di tengah laut, melainkan nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Bathin VIII, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Dari Kota Jambi ke Pulau Lintang perjalanan ditempuh dengan kurun waktu empat jam saja. Kami pun berhenti di salah satu rumah masyarakat dusun yang sangat dekat dengan permukiman Orang Rimba. Teman saya lalu menelpon Pak Mustafa, Jenang orang rimba Pulau Lintang. Seorang “jenang” adalah penghubung antara orang rimba dan masyarakat luar.

Pak Mustafa dan lelaki rimba telah menyiapkan dua motor, untuk masuk ke dalam permukiman, kami harus melalui jembatan gantung yang sempit dan melalui jalan setapak yang kiri kanannya penuh hijau dedaunan pohon karet. Saya dan teman saya pun dibonceng Pak Jenang di motor bebeknya. Kalau istilah khas Jambinya tarik tigo atau bonceng tiga, sementara teman saya yang lain dibonceng lelaki rimba.

Yang paling menggetarkan saat perjalanan menuju ke dalam permukiman adalah melewati jembatan gantung, sebab kami harus menanjak dengan kemiringan sekitar lima puluh derajat. Pak Jenang melaju dengan kencang dan kayu-kayu jembatan pun berirama laiknya menyambut kedatangan kami. Jantungku semakin tak beraturan menghadapinya. Sungguh pengalaman yang menegangkan.

Jalan Setapak menuju Pulau Lintang
Jalan Setapak menuju Pulau Lintang

Ditambah lagi saat melintasi jalan setapak beraspal yang ada penanjakan dan penurunan yang lumayan curam. Saya yang ketika itu berada di posisi tengah tak henti-hentinya berdoa agar perjalanan kamis selamat sampai tujuan. Ya, jalan setapak menuju permukiman orang rimba Pulau Lintang telah diaspal oleh pemerintah. Sangat berbeda dengan jalan setapak  menuju Makekal Hulu, Taman Nasional Bukit Duabelas.

Setibanya di sana, kami pun turun di depan gapura yang terbuat dari batang pohon. Di atas batang pohon itu tertulis Selamat Tiba Bahagoee Orang Rimba yang artinya selamat datang di permukiman Orang Rimba. Sepintas, saya heran sekaligus penasaran. Terdapat sederet rumah papan bercat putih pemberian pemerintah. Kebetulan saat itu tumenggungnya sedang tidak ada. Tumenggung adalah kepala rombong Orang Rimba.

Translate »