Thursday, April 18, 2024
Home > Literasi > Resensi > Nietzsche: Sang Pembunuh Tuhan yang Mencintai Takdirnya

Nietzsche: Sang Pembunuh Tuhan yang Mencintai Takdirnya

Friedrich Nietzsche

Versi bahasa Inggris buku ini berjudul Nietzsche: A Beginner’s Guide, yang terbit tahun 2001 di London. Buku yang terdiri atas sembilan bab ini dibuka dengan biografi singkat Nietzsche dari masa kanak-kanak hingga perjalanan karier dan pengembaraannya. Juga ada jawaban atas pertanyaan: mengapa karya Nietzsche menjadi sedemikian penting untuk dibaca? Sementara pada delapan bab lainnya membahas pemikiran-pemikiran Nietzsche yang ditulis dalam bahasa yang sederhana dan mengena.

Friedrich Nietzsche adalah filsuf asal Jerman yang hidup di antara tahun 1844 – 1900. Pandangan filsafatnya banyak dikenal orang dan menuai banyak kontroversi “Tuhan telah mati”.  Selain itu, Nietzsche masyhur dengan “adimanusia” (dalam bahasa Jerman Ubermensch). Semenjak ayahnya meninggal, Nietzsche tinggal bersama ibu, adik perempuan, dan juga bibinya. Setelah menamatkan sekolah menengah, Nietzsche melanjutkan ke sekolah teologi dengan harapan dapat meneruskan jejak keluarganya yang rata-rata seorang pendeta. Merasa tidak cocok, ia akhirnya pindah ke studi filologi. Di usia 24 tahun, ia sudah mendapat gelar profesor dengan penemuan-penemuannya, padahal disertasinya saat itu belum selesai. Nietzsche yang seorang ateis mengalami gangguan jiwa pada 1889 hingga akhirnya meninggal tahun 1900.

Di masa-masa awal pembentukan filsafatnya, Nietzsche banyak terpengaruh oleh Wagner dan Schopenhauer. Karena beberapa hal, ia akhirnya menjauhkan diri dari Wagner dan Schopenhauer sehingga kemudian ia menemukan pemikiran-pemikiran sendiri. Buku filsafat pertamanya The Birth of Tragedy. Nietzsche memandang bahwa karya yang sangat dipengaruhi Wagner ini sebagai manifesto perubahan.

Baca juga: Kisah-kisah Persahabatan dan Perempuan di Dataran Tortilla

Dalam karya Nietzsche lainnya berjudul Human, All Too Human, membahas konsep kehendak untuk kuasa. Ia memandangnya sebagai dorongan yang melatarbelakangi segala sesuatu. Nietzsche mengadopsi pendirian amor fati, yakni keyakinan bahwa kita harus mencintai takdir kita sendiri dan berpegang pada doktrin perulangan abadi yang dibahas dalam Thus Spoke Zarathustra. Tak ketinggalan juga moralitas budak – tuan. Ia menyajikan sebuah genealogi moralitas Kristen, melacak kembali pada masa perbudakan kekaisaran Roma.

Kelebihan buku ini adalah penulis mampu menguraikan sinopsis buku Nietzsche yang paling banyak dibaca dalam sepanjang sejarah – Sabda Zarathustra/ Thus Spoke Zarathustra – dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Padahal, buku yang mengisahkan perjalanan lelaki bernama Zarathustra termasuk buku bacaan yang berat. Buku ini tidak bisa hanya sekali baca meskipun kita sudah sangat fokus membacanya. Kalau tidak sabar, kita pasti akan meninggalkannya.

Translate »