Apa yang kaupikirkan tentang dendam? Dan apa pula yang kaurasakan ketika sakit hati? Tentu saja keduanya membekas dan mengendap begitu lama? Sampai kapan? Ya, tergantung individunya. Bisakah ia move dan meng-kicknya atau terlarut dalam keadaan monoton. Dalam memoar ini Fiersa tampaknya memang tidak sekedar iseng dalam berkelana. Eksplorasi dan ekspedisi yang dilakukannya bukan semata sensasi individu, tapi untuk semua orang yang mencintai negeri ini. Ia memang bukan seorang traveler yang punya uang banyak—perlente. Bermodalkan nebeng—mungkin itu terdengar bodoh dan tak masuk akal. Namun dengan cara itu ia seakan membuktikan bedanya petualang dan pelancong. Jika satunya bertemu orang, pengalaman dan cerita baru maka yang lainnya tidak.
Kisah ini bermula dari rasa cintanya kepada seorang bernama Mia. Perempuan memberikan satu alasan untuk pergi meninggalkan kota kelahirannya. Sejak hatinya hancur bukan karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Bukan juga karena perpisahan yang membuatnya harus menemukan jati diri sesungguhnya. Namun cerita itu semacam pergolakkan batin dengan cara yang paling menyakitkan. Perasaannya remuk redam oleh sahabat sekaligus orang kepercayaannya di studio rekaman miliknya, Al.
Bung—sapaan si penulis—yang suka musik, memiliki band yang berambisi bersolo karier. Lantas, ia pun membuat segala sesuatu atas inisiatifnya sendiri. Mulai dari mengemas musik, mendesains kaver album hingga ke tahap promosi. Ketika albumnya dipublikasi itu diterima khalayak, ia merasa sukses. Bukan melulu dari materi tapi karena segala kerja kerasnya terbayar tuntas. Setelahnya, Bung mencoba peruntungan di bidang lain, fotografi. Ia belajar dari sahabatnya, Tama, seorang fotografer profesional. Namun sayangnya kesibukan barunya membuat keintiman dengan Mia sedikit terganggu. Dan … diam-diam Al hadir di sana—untuk Mia—maka kehancuran Bung dimulai.
Bung yang berlatar belakang sastra ini, sama sekali tak menduga jika arah hidupnya mencintai alam terbuka. Berkelana. Perkenalannya dengan Prem melalui Twiter adalah cikal bakal sebuah hubungan persahabatan yang mempertemukann hobi yang sama. Berpetualang menyusuri penjuru negeri dengan cara ala backpacker. Baduy—seorang lelaki yang punya usaha tour and traveling turut mengaminkan keinginan mereka. Jadilah mereka trio pemberani yang mengurai beragam kisah penuh warna.
Buku ini bukanlah semacam diary yang penuh cinta alay dan drama yang manis. Bukan juga menawarkan sederet pengalaman dari cinta itu sendiri. Sebab cintanya sudah tergantikan pengalaman hebat di luar sana. Perasaannya bercampur aduk ketika merasakan pesona dan kekuatan yang ditemukan alam di penjuru negeri yang belum terjamah media. Ada sesuatu yang rasanya seperti tarik menarik di dalam dirinya. “Bukanlah kenangan terburuk yang akan membuat kita bersedih, tapi kenangan terindah yang tak akan terulang lagi (hlm 246).