Friday, April 19, 2024
Home > Sosok > Menguak Rahasia Ratna Dewi: Perempuan dan Ruang Publik

Menguak Rahasia Ratna Dewi: Perempuan dan Ruang Publik

Ratna Dewi Yoga

Kemunculan figur perempuan di ruang publik, menurut Ratna Dewi sebenarnya hal yang alamiah saja. Ratna mengaku sejak kecil, ia memang senang tampil di muka umum, mengikuti banyak perlombaan, mencoba hal-hal baru, dan lain lain. Faktor keluarga menjadi poin utama sebagai pendorong dan penyemangat agar Ratna mencintai buku, aktif berorganisasi dan berprestasi di lingkungan sekolah hingga lingkungan yang lebih luas. Kebiasaan dan pola hidup ini terus berlanjut hingga usianya yang terbilang matang seperti sekarang ini.

Ratna kecil pernah bercita-cita menjadi arsitek. Pada masa itu, arsitek dikenal sebagai orang pintar, yang hanya padanyalah segala rencana disusun. Ratna ingin punya kemampuan seperti itu. Namun, dulu Ratna kecil tidak tahu bahwa keahlian tehnik dasar yang dimiliki arsitek adalah menggambar sementara ia tidak pandai menggambar. Sepertinya cita-cita menjadi arsitek dalam arti yang lain itulah, yang tetap hidup dalam diri Ratna hingga kini, yakni ia yang berkemampuan merencanakan, menyusun, membangun sebuah konstruksi rencana yang lengkap, dan mengeksekusinya hingga menjadi kenyataan. Menjadi arsitek sosial, mungkin itulah cita-cita yang terus hidup dalam dirinya.

Salah satu hobi Ratna yang cukup menarik adalah membaca. Sejak SD, Ratna  penggemar berat buku-bukun Enid Blyton. Kalau sekarang, ia paling senang membaca buku filsafat, sosiologi, antropologi, dan terutama sastra. Reading habit ini merupakan warisan turun-temurun dari keluarganya. Ratna bahkan pernah dua kali membuka Teras Baca untuk anak-anak tetangga sekitar dengan memanfaatkan terasnya sebagai ruang baca publik untuk anak-anak. Koleksi bukunya pun sangat banyak, namun beberapa hilang karena tak dikembalikan. Hobi membacanya ternyata juga menurun kepada tiga anaknya. Bagi Ratna, bersama buku ia menjadi lebih hidup.

Berbicara masalah perempuan, khususnya perempuan Jambi, menurut Ratna Dewi, secara historis, perempuan Jambi menempati posisi sentral. Jika ditilik melalui folklor yang hidup dan dipercayai masyarakat, penguasa pertama di negeri Melayu Jambi, ternyata seorang perempuan, yaitu Putri Pinang Masak. Dalam masa kolonialisme pun, perempuan, walau tidak memegang posisi tertinggi dalam silsilah kesultanan, namun di beberapa buku disebut bahwa berbagai keputusan penting, Sultan maupun keluarga Sultan, terutama sekali diambil atas pengaruh dan pertimbangan kaum perempuan.

Di Jambi, sebuah perang besar, antara Jambi hulu dan hilir, bahkan pernah terjadi karena dipicu pertentangan kaum perempuan. Jelas, bahwa perempuan di Jambi pernah menempati peran sentral. Idealnya,  hari ini pun tetap berada di posisi yang sama. Namun, pengertian sentral tidak selalu berhubungan dengan penempatan tinggi atau tertinggi dalam sebuah jabatan publik atau politik. Sentral berarti bahwa keberadaan perempuan menjadi pertimbangan utama dalam keputusan-keputusan publik.

Translate »