Halaman: 1 2
Pada aksi tersebut, penggagas berhasil mengumpulkan beberapa elemen masyarakat dalam aksi damai. Diantara elemen masyarakat yang hadir dan mengikuti aksi adalah Pemuda Pancasila, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, Persatuan Pemuda Katolik, Pemuda Muhammadiyah, Front Mahasiswa Nasional, masyarakat lintas agama, perempuan, jurnalis, unsur kepolisian dan lain-lain. Dalam aksi ini, digelar acara orasi, puisi, menyalakan lilin perdamaian, doa bersama dan menyanyikan Indonesia raya.
Orasi yang dilakukan dalam aksi tersebut, kebanyakan berisi kecaman terhadap tindakan brutal yang dilakukan oleh terduga teroris dalam mengebom tempat ibadah dan kepolisian. Para orator yang mewakili semua elemen masyarakat itu, baik lai-laki maupun perempuan, selain menyerukan kecaman juga menyerukan tuntutan kepada pemerintah untuk menuntaskan Undang-Undang Terorisme, merancang sistem pendidikan yang anti terhadap terorisme.
Selain itu, mereka semua juga menyerukan untuk waspada terhadap bibit-bibit terorisme seperti radikalisme, intoleransi dan kebencian atau sentimen terhadap ras, golongan maupun agama. Mereka semua sepakat bahwa apa yang dilakukan oleh para terduga teroris ini, meskipun menggunakan pakaian agama tertentu, bukanlah mewakili perilaku dan ajaran agama tertentu, maka dari itu adanya peristiwa pengeboman ini jangan dijadikan sebagai sarana menyebar sentimen kepada agama tertentu.
Di penghujung acara, sambil menyalakan lilin, para peserta aksi menyanyikan bersama lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sebab mereka semua justru menginginkan agar masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama, ras, keyakinan, semakin erat bergandengan tangan dan tidak dapat dipecah belah dengan adanya peristiwa ini. Selesai menyanyikan Indonesia Raya, perwakilan lintas agama memimpin doa bersama memaafkan juga mendoakan terduga pelaku teroris dan mendoakan korban, juga mendoakan agar Indonesia senantiasa aman serta damai.