Thursday, March 28, 2024
Home > Gaya Hidup > Komunitas > Petisi Penolakan Puisi Esai, Polemik Baru Sastra Indonesia

Petisi Penolakan Puisi Esai, Polemik Baru Sastra Indonesia

Petisi Penolakan Puisi Esai, Polemik Baru Sastra Indonesia

Sebanyak 549 publik sastra menandatangani petisi penolakan penulisan buku puisi esai nasional yang digagas oleh Denny J.A. Hingga saat ini, penandatanganan petisi masih dilakukan di change.org setelah sebelumnya sempat viral di dunia maya.

Kelahiran petisi ini bermula ketika beberapa penyair muda membentuk grup Whatsapp (WA) dengan nama Penyair Muda Indonesia (8/1). Grup itu diniatkan sebagai wadah para penyair muda bersilaturahmi, berdiskusi, dan saling berbagi informasi seputar perkembangan sastra Indonesia.

Kemudian, anggota grup banyak berdiskusi tentang program penulisan buku puisi esai nasional yang melibatkan Denny J.A (11/1). Karena berbagai alasan, para penyair dalam grup akhirnya bersepakat untuk menolak proyek buku yang dimaksud.

Alasan-alasan penolakan terhadap proyek buku tersebut dituangkan dalam beberapa poin (16/1). Akhirnya, dibuatlah sebuah petisi penolakan terhadap proyek buku puisi esai Denny JA.

Sesudah melalui diskusi yang matang tentang rumusan petisi, Rabu (17/1)  pukul 18.05, petisi tersebut mulai ditandatangani oleh penyair Jamil Massa, diikuti Arco Transept, Mario Lawi, dan seluruh anggota grup yang lain. Hingga Kamis (18/1), petisi tersebut sudah ditandatangani oleh 103 orang penyair dari berbagai kota provinsi di Indonesia.

Disepakatilah bahwa petisi itu perlu diunggah pula ke media sosial facebook dan ke grup-grup WA yang lain. Barangkali ada publik sastra yang setuju dan ingin ikut menandatanganinya. Petisi tersebut mendapat sambutan baik. Mulai ditandatangani oleh lebih banyak orang, antara lain di facebook, grup WA Ruang Sastra, Grup WA Penyair Indonesia, dan lain-lain.

Penyebaran petisi mendapatkan beberapa gangguan. Semisal, munculnya petisi bayangan yang mencatut isi asli petisi ini. Ramon Apta, penggagas awal petisi mengatakan, “Sangat disayangkan muncul nama Narudin Pituin di situ – seorang kritikus yang dianggap bermasalah dan punya kaitan erat dengan Denny J.A. – sehingga petisi yang kami buat terkesan main-main. Namun, masalah tersebut bisa kami atasi dengan membuat klarifikasi di sejumlah grup WA dan FB, sementara data yang valid terus kami koreksi dan perbaharui terus menerus.”

Ramon menambahkan, “Di akhir batas waktu yang telah kami tentukan, yakni Jumat (19/01) pukul 17.00 Wib, telah terkumpul 549 nama yang mendukung petisi ini. Adanya nama-nama tersebut bagi kami telah cukup menjadi bukti bahwa publik pelaku dan pemerhati sastra Indonesia masih menaruh harapan besar akan kesusastraan yang bersih dari praktik-praktik penggelapan sejarah, pembodohan, pengeliruan definisi-definisi ilmiah, dan segala praktik manipulatif lain dalam kesusastraan Indonesia.”

Translate »