Thursday, April 18, 2024
Home > Literasi > Resensi > Sang Pendobrak Zaman: Ulasan tentang Film Kartini Karya Hanung Bramantyo

Sang Pendobrak Zaman: Ulasan tentang Film Kartini Karya Hanung Bramantyo

Sang Pendobrak Zaman: Ulasan tentang Film Kartini Karya Hanung Bramantyo

Saya termasuk salah satu penggemar karya sineas muda Indonesia, Hanung Bramantyo. Meski tidak semua karyanya bagus, namun sebagian besar saya puas dengan keterampilan tangannya dalam membuat film supaya banyak diminati penikmat film bioskop di Indonesia. Ia pun tak sekedar membuat film laris tapi boleh dikata sebagai sineas berideologi. Bukan sekedar sineas bergantung pada pangsa pasar saja.

Beberapa karya Mas Hanung, begitu sapaan akrab lelaki itu, membahas mengenai tokoh bangsa ini. Yang saya ingat benar ialah Sang Pencerah yang menceritakan perjuangan K.H. Ahmad Dahlan, pendiri organisasi Muhammadiyah.

Saya tertarik dengan film Kartini salah satu di antaranya karena pemainnya Dian Sastrowardoyo. Saya yang generasi 90-an tak asing bahkan mengidolakan, namun tak sampai tergila-gila padanya. Ya, semua akibat film Ada Apa dengan Cinta.

Di akun instagramnya, sudah lama memunculkan foto tentang proses pengambilan gambar film Kartini itu. Saya tentu saja menantikan penayangannya yang serentak tanggal 19 April 2017 lalu, 2 hari sebelum peringatan hari Kartini.

Saya menonton sendirian dengan beberapa orang yang hanya memenuhi separuh kursi bioskop lainnya. Mungkin karena hari kerja. Harga tiketnya pun lebih murah, hanya Rp. 35.000 sedangkan akhir pekan mencapai Rp. 50.000.

Meski ada berita tentang sikap Dian Sastrowardoyo yang menepis salah satu tangan fans dan menjadi viral di media sosial, saya tidak terpengaruh untuk mengurungkan niat menontonnya. Yang saya ingin lihat adalah karyanya.

Acting terbaik ada pada Christine Hakim yang terlihat mendalami perannya. Ia begitu fasih mengucapkan bahasa Jawa, padahal ia seorang kelahiran Jambi. Setelah itu, acting Reza Rahardian dengan bahasa Jawanya yang nyaris sempurna.

Sedangkan Dian Sastrowardoyo sendiri ada beberapa pengucapan bahasa Jawa yang tidak sesuai dan ini memperlihatkan bahwa ia belum ahli dalam hal pengucapan bahasa. Seharusnya, ia melakukan kursus bahasa Jawa sebelum pengambilan gambar film ini supaya lebih terlihat profesionalitasnya.

Film ini bermula dari adegan Kartini jalan berjongkok. Lalu menuju pada adegan dipisahkannya Kartini kecil dari sang ibu kandung, Ngasirah yang diperankan oleh Christine Hakim. Tak lama kemudian, adegan pingitan pun berlangsung dari Kartini yang mulai beranjak remaja hingga mulai dewasa.

Tradisi memingit anak gadis itu merupakan siksaan bagi Kartini. Kakaknya, Sosrokartono, mengetahui kegundahan sang adik. Kakak yang diperankan oleh Reza Rahardian itu memberikan sebuah kunci untuk membuka pikiran Kartini.

Translate »