Thursday, November 6, 2025
Home > Literasi > Opini/esai > Novel Bumi Manusia dan Rekayasa Komersialisasi Industri Film

Novel Bumi Manusia dan Rekayasa Komersialisasi Industri Film

bumi manusia

Anda bisa membayangkan sendiri sudut pandang seperti apa yang digunakan Hanung melihat karya Bumi Manusia dan merendahkannya demi hasrat filmisasi. Atau Anda bisa mempertanyakan: bagaimana mungkin Bumi Manusia sampai dilarang cetak dan membuat pengarangnya ditahan dan diasingkan rezim Orde Baru jika itu hanya novel percintaan biasa yang cuma membuat pembacanya baper-an? Bukankah hanya karya penting dan besar yang menyimpan musibah bagi kolonialisme sehingga dianggap membahayakan dan direpresi pemerintahan kala itu? Tentu saja, kaum budayawan dan pemikir lebih memahami status Bumi Manusia sebagai karya agung daripada sekadar film maker yang ambisius memungut profit melalui sosok Iqbaal untuk mendekati generasi  millenial. Cara pandang Hanung demikian manipulatif dan politis. Alasan apa pun bisa sutradara lontarkan demi mencapai niat komersilnya.

Selain itu, beberapa ketidaksetaraan Minke dan Iqbaal juga mencolok dari segi fisik/selira. Minke sendiri berasal dari lontaran simbolis monkey orang Belanda terhadap sosok jeleknya sebagai anak pribumi sehingga kapasitasnya tidak sesuai dengan Iqbaal yang rupawan, manis, cakep, dan ganteng. Hanya sebuah kebetulan mereka (baca: Minke & Iqbaal) seumuran, dan itu menjadi modal Hanung mengelabuhi banyak pendapat, termasuk kelayakan Reza Rahadian sebagai sosok yang lebih pantas memerankan Minke, karena sebelumnya sudah pernah memestaskan pertunjukan Bunga Penutup Abad secara terbatas hasil adaptasi kedua buku Pramoedya, Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa.

Seperti apa pun penolakan dan ketidaksetujuan warganet dan para pengagum karya Pramoedya Ananta Toer atas diangkatnya Bumi Manusia menjadi film, tidak akan sebanding dengan animo para penggarap film tersebut yang telah mempersiapkan matang-matang dan sudah menjalin kontrak projek dengan pihak keluarga Pramoedya sehingga lagi-lagi sebagai manusia berjiwa kritis siapa pun Anda akan dikembalikan kepada karakter pembodohan bangsa melalui pendidikan alam bawah sadar. Sudah ambil pelajaran dan hikmahnya saja, toh setiap musibah pasti ada balasannya. Sekalipun hidup selalu ditindas dari atas dan diperlakukan semau mereka yang punya modal. Maka, dari sana kita akan menyaksikan sebuah panorama luas terbentang lebar dari Sabang hingga Merauke, tentang generasi yang punya lidah panjang dengan nalar otaknya yang pendek.

Respons Bloon dan Romatisme Kisah Cinta
 Rupanya dari trending topic yang lagi marak tersebut, juga ada perbincangan menarik soal para pengagum sosok Iqbaal/Dilan. Tidak hanya menyoal kontroversi di atas, tetapi juga kehebohan fans sang artis yang mempertanyaan buku novel Bumi Manusia dan siapa Pramoedya Ananta Toer. Seiring dengan pengumuman pemeran film novel tersebut, judul buku Bumi Manusia dan nama penulisnya pun viral dipertanyaan. Sebagian yang mabuk Dilan, bahkan berkomentar domot dengan otak telurnya mengenai siapa Pramoedya Ananta Toer. Menurutnya, sudah sangat beruntung diangkat menjadi film, apalagi diperanin oleh Iqbaal. Sebagian lain, menyebut nama Pramoedya Ananta Toer adalah nama lembaga bisnis travelling sehingga Bumi Manusia dan Pramoedya Ananta Toer yang sudah menjadi bagian sejarah panjang sastra Indonesia, di hadapan mereka laksana meme baru yang berkembang viral.

Translate »