Wednesday, November 5, 2025
Home > Literasi > Resensi > Menonton Marlina dalam Empat Babak

Menonton Marlina dalam Empat Babak

Menonton Marlina dalam Empat Babak

Babak I

Jika pembahasan  banyak orang tentang Marlina: Pembunuh empat babak banyak soal feminisme dan perempuan, kita melupakan suami Marlina yang sudah jadi mumi. Sosok mayat yang didudukkan di ruang tengah rumah Marlina (Marsha Timothy) dan menjadi perhatian saya sejak awal.

Mumi suami Marlina yang diperankan Tumpal Tampubolon ini diam-diam menimbulkan nuansa ngeri yang ganjil. Dia tinggal di pikiran Marlina dan diam-diam menyematkan dendam yang bercampur aduk dengan ketakutan. Dia diam dan diselimuti kain tenun khas Sumba.

Dalam tradisi kepercayaan Marapu, di Sumba, jenazah yang masih baru tidak langsung dikubur. Jenazah akan dibiarkan selama tiga hari sampai satu pekan dirumah.

Jenazah akan dibungkus  dengan kain tenun Sumba dan diposisikan meringkuk, seperti bayi dalam rahim. Karena pada hakikatnya manusia kembali dalam posisi kepasrahan total. Pada posisi inilah Tumpal memerankan mumi suami Marlina.

Diam-diam pula suami Marlina memunculkan perlawanan sendiri dari kematiannya. Dia diam dan terus menjadi perhatian di pojok kanan layar untuk waktu yang lama. Belum lagi si sutradara (Mouly Surya) memberi jeda dari satu frame ke frame lainnya dengan waktu yang cukup lama untuk membuat kita berpikir.

Melalui mumi ini perlawanan Marlina tumbuh. Dia mengambil buah yang dicampurkannya dalam sup ayam pesanan Markus (Egy Fedly), perampok yang juga merupakan teman Marlina. Dia berhasil meracuni makanan para perampok tapi tak pada Markus. Marlina pun diperkosa dan ditengah rudapaksa Marlina menebas kepala Markus.

 

Babak II

Marlina keluar dari rumah. Membawa kepala Markus dibungkus kain putih. Dia berjalan sampai jalan raya untuk naik transportasi lokal berupa truk.

Sebuah truk datang, ketika Marlina naik semua penumpang turun karena merasa jijik dan takut. Si supir keluar dan protes pada Marlina. Tapi perempuan berbaju hijau itu kemudian meletakkan parang di leher supir.

Tapi sebelum ketemu truk ini, seorang perempuan hamil, Novi namanya dan diperankan Dea Panendra, mendekati. “Kenapa kau tak ke gereja saja?”

“Kenapa ke gereja, aku mau ke kantor polisi,” kata Marlina.

Mereka berangkat bersama menuju kantor polisi. Namun di tengah perjalanan dua dari lima kawanan perampok yang dibunuh Marlina datang dan menyandera truk tersebut. Beruntung Marlina sembunyi.

Gambaran absurd sekaligus sedikit menyeramkan adalah tubuh Markus tanpa kepala selalu mengikuti Marlina. Sembari memainkan alat musik tradisional Sumba dengan dua sampai enam nada.

Beruntung lagi ada seekor kuda yang ditinggalkan untuk Marlina melanjutkan perjalanan. Absurdnya saat kuda dikendarai Marlina, Markus- tanpa kepala-  mengikuti dan hanya Marlina dapat melihatnya sesekali.

Translate »