Wednesday, November 5, 2025
Home > Literasi > Resensi > Indikator Kebahagiaan Hidup Menurut Leo Tolstoy

Indikator Kebahagiaan Hidup Menurut Leo Tolstoy

Indikator Kebahagiaan Hidup Menurut Leo Tolstoy1

Novel yang berjudul asli Semeynoye Schast’ye  telah diterjemahkan dalam banyak bahasa. Pertama kali terbit di Indonesia pada tahun 1976. Kisah dalam novel ini dibuka dengan meninggalnya ibu Masha dan Sonya, lalu dalam menjalani hari-hari ke depan di desanya, mereka tinggal bersama kakeknya Gregory tua dan wanita pengasuh bernama Katya, yang telah dianggap sebagai ibu oleh Masha dan adiknya.

Novel ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama terdiri atas lima bab mengisahkan kehidupan Masha (Marya Alexandranova) sebelum menikah, gadis 17 tahun, jatuh cinta kepada sahabat almarhum ayahnya bernama Sergey Mikhailich, bujangan tua berusia 36 tahun, yang pada saat itu menjadi walinya. Pada setiap kunjungannya, Sergey seringkali menasihati dan membimbing Masha yang jauh dari kata dewasa. Masha yang kala itu butuh pegangan merasa utuh dengan kunjungan rutin Sergey.

Hingga pada saat Sergey tak datang ke rumahnya, Masha merasa sepi dan sendiri. Ia pun kemudian menyadari bahwa ia telah jatuh cinta kepada Sergey, lelaki dewasa yang jauh dari gambaran lelaki impiannya. Ternyata diam-diam, Sergey juga telah lebih dulu mencintai Masha. Akhirnya, sosok sergey yang digambarkan begitu kaku, dingin, dan datar berhasil juga mengungkapkan perasaannya kepada Masha. Kemudian mereka bertunangan dan menikah. Tentu saja kebahagiaan ini bukan hanya milik mereka berdua semata. Dua pihak keluarga hingga ke pelayannya pun turut berbahagia.

Sementara bagian kedua terdiri atas tiga bab, Tolstoi mengisahkan kehidupan Masha dan Sergey pascamenikah. Masha tinggal bersama suami, ibu mertua, dan para pelayannya. Di bagian kedua ini, Katya dan Sonya hanya dimunculkan di bab terakhir saja. Kebahagiaan Masha sebagai seorang istri membuatnya pasrah terhadap kehidupan, yakni ia rela berusaha melakukan apa saja demi kebahagiaan suaminya. Masha yang menikah muda masih labil dan keras kepala meski belum banyak memiliki pengalaman hidup.

Sebagai suami, Sergey memberikan kebebasan kepada istrinya dalam artian ia tidak ingin menguasai istrinya. Menurut Sergey ia tak memiliki hak untuk membatasi hak Masha untuk mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya. Masha lantas salah paham sebab merasa tidak dikendalikan oleh suaminya. Tadinya ia berpikir dalam sebuah pernikahan, seorang istri berada di bawah kekuasaan suaminya.

Demi pekerjaannya, Sergey seringkali pergi ke kota dan meninggalkan Masha. Suatu ketika, Masha dan Sergey menginap seminggu ke Moskow. Kemudian ia  hijrah lagi ke St. Petersburg. Fenomena urban yang dialami Masha merupakan kritik sosial Tolstoi. Kebanyakan memang orang-orang desa yang berpindah ke kota akan merasa betah dan tidak mau pulang lagi ke desanya. Gejolak inilah yang kemudian dialami Masha. Kebahagiaan rumah tangganya lantas teracam dan terguncang karena Masha yang rendah hati menjadi masyur di kalangan para bangsawan kota tersebut. Namun, ia jadi gila pesta – suatu keadaan yang hampir tak pernah ia temukan di desanya. Saat Sergey dan anak lelakinya pindah ke desa, Masha masih tetap berada di kota hingga ia menyadari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya. Masha memutuskan pulang ke desa menemui Sergey suaminya.

Translate »