Perempuan yang memilih tinggal di rumah, bukan berarti hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga saja: mencuci baju, menyetrika, mengasuh anak hingga melayani kebutuhan suami. Perempuan juga bisa bekerja di sela-sela waktunya untuk keluarga tanpa harus mengabaikan mereka. Perempuan masa kini, tak melulu berkarier di sebuah perusahaan bonafid, kantoran, perguruan tinggi, sekolah dan semua pekerjaan yang sifatnya mengikat.
Pandangan perempuan dalam memberdayakan waktunya sudah mulai bergeser. Ia tahu bahwa keluarga itu penting dan membantu suami menghasilkan pundi-pundi pun tak kalah penting. Perempuan yang sering dipanggil dengan nama depannya, yaitu Mbak Ratna adalah sosok yang meyakini pandangan tersebut.
Perempuan yang supel ini memiliki satu putra dan dua putri. Salah satu di antara putrinya menjadi inspirasi dari brand yang diusungnya. Ia akan berbagi pengalaman dengan Sahabat Puan mengenai bisnis kuliner yang digelutinya. Bisnis skala rumah tangga dengan semangat dan impiannya menuju skala besar. Sahabat Puan tidak akan rugi belajar dari perempuan yang ramah ini. Berikut obrolan seputar bisnis yang digelutinya.
Mbak Ratna, apa kabar?
Alhamdulillah, sehat.
Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada Mbak Ratna mengenai bisnis yang sedang dijalankan. Semacam berbagi ilmu untuk para Sahabat Puan. Bersediakah?
Oke, saya bersedia.
Kalau boleh tahu, apa kegiatan Mbak Ratna pada beberapa minggu terakhir?
Saya sedang fokus di proses produksi dan pemasaran produk terbaru. Produk terbaru saya bakpao froozen. Brand bakpao froozen saya “Makpao”.
Mengapa memutuskan memulai usaha kuliner?
Karena usaha kuliner bisa dilakukan di rumah sambil mengurus anak. Bisa dikerjakan dengan modal kecil dan dari dapur sendiri. Setiap orang punya dapur yang bisa dimanfaatkan untuk usaha. Makan itu kebutuhan primer, setiap orang butuh makan. Jadi selama masih ada orang yang butuh makan usaha kuliner tetap menjanjikan.
Sudah sejak kapan Mbak Ratna memulai bisnis kuliner ini?
Sejak empat tahun yang lalu, sekitar tahun 2013.
Mbak Ratna bekerja sendiri atau menggaet salah satu perusahaan atau lembaga dalam mengembangkan bisnis ini?
Awalnya saya bekerja sendiri, murni usaha pribadi. Mulai tahun ini saya bekerja sama dengan SMK Negeri 2 Purbalingga jurusan Pengolahan Hasil Pertanian, mengelola unit produksi jurusan. Saya juga aktif di kegiatan UMKM kabupaten Purbalingga.
Apakah Mbak Ratna pernah mengalami jatuh bangun dalam melakukan bisnis di bidang ini? Bisa diceritakan kronologi singkatnya?
Kalau jatuh, alhamdulillah belum pernah dan semoga tidak pernah. Karena saya juga masih membangun bisnis ini. Awal saya jualan makanan, produk saya titipkan ke pasar dan ke lapak-lapak jajanan. Modelnya titip jual. Tapi semakin hari yang saya dapatkan bukan keuntungan tapi modal yang berkurang karena banyaknya retur. Akhirnya saya putuskan untuk kursus. Waktu itu saya memilih brownies yang saya anggap mudah pembuatannya, tidak memerlukan peralatan yang banyak dan disukai semua kalangan. Setelah saya bisa membuat brownies yang enak, kemudian saya jual. Saya menjualnya per boks, tidak per potong. Saya juga tidak lagi menitipkan makanan saya. Saya jual keliling ke sekolah-sekolah dan ke kantor-kantor. Saya bawa tester biar pelanggan baru merasa yakin saat mau membeli brownies saya. Brownies saya bermerek Kafia Brownies. Dari situlah, kemudian produk saya berkembang tidak hanya brownies tetapi ada sus, tahu bakso, pukis dan beberapa jajanan, bahkan lauk-pauk. Saya juga menerima pesanan snack dus. Dari keliling ini, saya juga mendapat banyak link. Salah satunya diberi kesempatan untuk menjadi bagian keluarga SMK Negeri 2 Purbalingga. Ini ada satu lagi SMK di Purbalingga yang mempunyai jurusan Tata Boga mengajak saya bekerja sama. Tetapi masih perlu pembicaraan mendalam tentang formula kerja samanya.
