Wednesday, November 5, 2025
Home > Literasi > Resensi > Rara Mendut, Sebuah Legenda atau Sejarah?

Rara Mendut, Sebuah Legenda atau Sejarah?

Rara Mendut hanyalah seorang gadis nelayan biasa, yang akan dijadikan sebagai salah satu selir oleh Adipati Pragola dari Kadipaten Pati

Hingga suatu waktu, bertemulah tanpa sengaja Rara Mendut dengan Pranacitra. Falling in love at the first sight, kata pepatah. Berharap agar Pranacitra membebaskannya dari kungkungan tembok Puri Wiragunan dan menikah secepatnya. Sayangnya, pelarian Rara Mendut dan Pranacitra diketahui oleh Wiraguna. Ketika keduanya telah terdesak, Wiraguna bertanya kepada Rara Mendut, siapakah yang dipilih olehnya, Wiraguna atau Pranacitra?. Dengan tegas Rara Mendut menjawab Pranacitra, yang jawaban tersebut membawa Rara Mendut dan kekasih pilihan hatinya menemui ajal diujung keris Tumenggung Wiraguna. Betapa menyakitkan dan pedihnya cinta.

Genduk Duku, dayang cilik Rara Mendut yang menyertai perjalanan hidup Rara Mendut semenjak di Puri Pragola hingga tewas demi mempertahankan cinta dan keyakinannya. Setelah kematian puannya, melanglang buana menghindari kehidupan kaum ningrat yang dinilainya penuh kemunafikan, kesewenang-wenangan dan intrik-intrik politik yang kejam.

Genduk Duku merupakan perempuan ahli penunggang kuda yang pada zamannya hampir tidak ada perempuan yang bisa menyamai kepandaiannya. Tidak hanya itu, Genduk Duku dikenal juga sebagai Blantik Jaran handal, sehingga sering diminta bantuan untuk meneliti kekhasan serta keunggulan kuda-kuda yang akan diperdagangkan.

Rupanya kehidupan membawa kembali Genduk Duku beserta suaminya Slamet menuju pusat kerajaan Mataram. Tempat yang sebenarnya selalu dihindari oleh Genduk Duku, karena mengingatkan kembali pada peristiwa-peristiwa tragis Rara Mendut. Serupa namun tak sama dengan Rara Mendut, Genduk Duku juga harus menemui kepiluan nasib ketika Slamet harus mati diujung keris Tumenggung Wiraguna demi membela salah satu selir Wiraguna. Sebagai ibu yang harus membesarkan seorang anak perempuan buah hatinya dengan Slamet, Genduk Duku memilih menjanda hingga akhir hayatnya.

Lusi Lindri, awalnya memilih kehidupan istana sebagai tempat untuk tumbuh dan dewasa. Hingga dia terpilih menjadi Trinisat Kenya –pengawal khusus bagi raja yang kesemuanya adalah perempuan perawan-. Pilihan ini membuatnya terpisah dari ibunda tercinta Genduk Duku, yang memilih mengasingkan diri di pegunungan dan hidup dari hasil bercocok tanam. Lusi Lindri juga mewarisi kepiawaian ibunya dalam menunggang kuda.

Melihat kehidupan istana dan kerajaan yang penuh kesewenang-wenangan, akhirnya Lusi Lindri memilih kabur dari istana dan menikah dengan seorang Mantri Telaga –penjaga dan perawat Segarayasa- bernama Peparing, yang belakangan diketahui adalah seorang pemimpin pemberontak terhadap kerajaan Mataram. Mereka mempunyai 5 orang putra-putri yang kesemuanya tewas oleh tindakan buas kaum bangsawan Mataram.

Translate »